Kebudayaan Suku Toraja - suku toraja merupakan suku yang tinggal di daerah pegunungan di bagian utara sulawesi selatan, negara Indonesia. Populasi suku toraja hingga saat ini diperkirakan sekitar 1.000.000 jiwa dan sebagian diantara suku toraja tinggal di kabupaten tana toraja, kabupaten toraja utara, dan kabupaten mamasa.
Kebanyakan suku toraja memeluk agama kristen, dan sebagian lainnya menganut agama Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal juga Aluk To Dolo. Kepercayaan ini diakui oleh pemerintah sebagai bagian dari agama Hindu Dharma.
Kebudayaan Suku Toraja
- Tongkonan
- Ukiran Kayu
- Upacara Pemakaman
- Musik Dan Tarian
- Bahasa
Tongkonan
Tongkonan adalah salahsatu rumah tradisional toraja yang berdiri diatas tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam dan juga kuning. Kata 'tongkonan' berasal dari bahasa toraja tongkon yang mempnyai arti duduk.
Tongkonan mempunyai 3 jenis, yaitu :
Tongkonan layuk adalah tempat kekuasaan tertinggi, yang digunakan sebagai pusat tempat pemerintahan.
Tongkonan pekamberan adalah milik anggota keluarga yang memiliki wewenang tertentu dalam adat dan tradisi lokal.
tongkonan batu adalah tempat tinggal anggota keluarga biasa.
Ukiran Kayu
Bahasa Toraja hanya diucapkan dan tidak memiliki sistem tulisan. Untuk menunjukan konsep keagamaan dan sosial, suku Toraja membuat ukiran kayu dan menyebutnya Pa'ssura yang artinya tulisan. Oleh sebab itu ukiran kayu merupakan perwujudan budaya Toraja.Upacara Pemakaman
Masyarakat suku toraja juga terkenal dengan budaya pemakamannya yang super mahal, semakin kaya seseorang maka pemakamannya pun akan semakin mahal. Tidak semua orang dari suku toraja mengadakan upacara ini, upacara ini hanya berhak digelar oleh keluarga dari bangsawan.Tempat prosesi pemakamannya disebut dengan rante.
Cara pemakaman suku toraja ada tiga yaitu : Peti mati yang disimpan dalam gua, dimakam batu berukir atau digantung di tebing.
Musik Dan Tarian
Suku Toraja melakukan tarian dalam beberapa acara, kebanyakan dalam upacara penguburan. Mereka menari untuk menunjukkan rasa duka cita, dan untuk menghormati sekaligus menyemangati arwah almarhum karena sang arwah akan menjalani perjalanan panjang menuju akhirat. Pertama-tama, sekelompok pria membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu sepanjang malam untuk menghormati almarhum (ritual terseebut disebut Ma'badong). Ritual tersebut dianggap sebagai komponen terpenting dalam upacara pemakaman. Pada hari kedua pemakaman, tarian prajurit Ma'randing ditampilkan untuk memuji keberanian almarhum semasa hidupnya. Beberapa orang pria melakukan tarian dengan pedang, prisai besar dari kulit kerbau, helm tanduk kerbau, dan berbagai ornamen lainnya. Tarian Ma'randing mengawali prosesi ketika jenazah dibawa dari lumbung padi menuju rante, tempat upacara pemakaman. Selama upacara, para perempuan dewasa melakukan tarian Ma'katia sambil bernyanyi dan mengenakan kostum baju berbulu. Tarian Ma'akatia bertujuan untuk mengingatkan hadirin pada kemurahan hati dan kesetiaan almarhum. Setelah penyembelihan kerbau dan babi, sekelompok anak lelaki dan perempuan bertepuk tangan sambil melakukan tarian ceria yang disebut Ma'dondan.Tarian Manganda' ditampilkan pada ritual Ma'Bua'.
Seperti di masyarakat agraris lainnya, suku Toraja bernyanyi dan menari selama musim panen. Tarian Ma'bugi dilakukan untuk merayakan Hari Pengucapan Syukur dan tarian Ma'gandangi ditampilkan ketika suku Toraja sedang menumbuk beras Ada beberapa tarian perang, misalnya tarian Manimbong yang dilakukan oleh pria dan kemudian diikuti oleh tarian Ma'dandan oleh perempuan. Agama Aluk mengatur kapan dan bagaimana suku Toraja menari. Sebuah tarian yang disebut Ma'bua hanya bisa dilakukan 12 tahun sekali. Ma'bua adalah upacara Toraja yang penting ketika pemuka agama mengenakan kepala kerbau dan menari di sekeliling pohon suci.
Alat musik tradisional Toraja adalah suling bambu yang disebut Pa'suling. Suling berlubang enam ini dimainkan pada banyak tarian, seperti pada tarian Ma'bondensan, ketika alat ini dimainkan bersama sekelompok pria yang menari dengan tidak berbaju dan berkuku jari panjang. Suku Toraja juga mempunyai alat musik lainnya, misalnya Pa'pelle yang dibuat dari daun palem dan dimainkan pada waktu panen dan ketika upacara pembukaan rumah.
Bahasa
Dialek bahasa yang utama adalah sa'dan toraja.Toraja juga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan resmi yang sering digunakan oleh masyarakat, namun bahasa torajapun masih mereka lestarikan.
Ragam bahasa tana toraja antara lain kalumpang, mamase, Tae', Toala, Talondo, dan Toraja-sa'dan termasuk kedalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia dari bahasa Austronesia.
Penyebab keragaman bahasa toraja disebabkoan oleh adanya pegaruh dari proses transmigrasi yang dilakukan pada masa penjajahan.
Sekian artikel kali ini yang membahas tentang Kebudayaan Suku Toraja - Suku Asli Indonesia salahsatu kebudayaan yang ada di Indonesia, kita harus lestarikan tentunya dan artikel ini juga bisa Anda jadikan sebagai bahan untuk makalah kebudayaan yang ada di Indonesia yaitu suku toraja.