Proses Terbentuknya Bumi - Bagaimana sejarah terbentuknya bumi? Bumi terbentuk jutaan tahun yang lalu. Teori pembentukan bumi, yang diyakini kebenarannya adalah Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory) oleh Alfred Lothar Wegener (1912), pakar kebumian Jerman. Kemudian, teori berkembang menjadi lempeng tectonic theory atau teori tektonik lempeng.
Alfred Lothar Wegener (1912)
Ia adalah seorang ahli klimatologi dan geofisika yang menerbitkan buku berjudul The Origin of Continent and Oceans. Dalam buku tersebut ia mengajukan sebuah ide tentang “teori apung benua” sebagai dasar Teori Tektonik Lempeng. Menurut para ahli, teori inilah yang mendasari pembentukan lempeng-lempeng bumi, yang masih terus bergerak dan memicu gempa di berbagai wilayah. Termasuk yang baru saja terjadi di Bengkulu dan Padang beberapa hari yang lalu.
Sumber: www.wikipedia.org
Sejarah Proses Terbentuknya Bumi
Pada awalnya, hanya ada satu daratan atau benua, yaitu Pangea. Benua tunggal ini mulai memecah karena gerakan benua besar di selatan ke arah barat dan utara menuju khatulistiwa serta akibat aktivitas magma dan perputaran bumi itu sendiri, lapisan bumi bagian atas pecah menjadi lempeng-lempeng, yaitu lempeng benua dan lempeng samudra. Pergerakan lempeng ini menyebabkan daratan terpencar hingga kondisi seperti sekarang. Perjalanan daratan itu tidak akan pernah berhenti sepanjang usia bumi.
Dari hasil pecahan benua itu terbentuk samudra dan benua seperti sekarang. Buktinya, bentuk garis pantai timur Benua Amerika Utara dan Selatan ada persamaannya dengan bentuk garis pantai barat Eropa dan Afrika. Di samping itu, ada persamaan pada keadaan batu-batuan di kedua daerah tersebut. Daerah Greenland bergerak menjauhi Eropa dengan kecepatan 36 cm tiap tahun dan Madagaskar menjauhi Afrika bagian selatan dengan kecepatan 9 cm tiap tahun. Gerakan benua dan samudra ini hingga sekarang masih berlangsung.
Teori ini kemudian diperkuat oleh Teori Lempeng Tektonik yang menyatakan bahwa kulit bumi terdiri dari lapisan atau lempeng dengan ketebalan 75–125 km yang terdiri dari 12 lempeng besar dalam arti satu dengan lainnya tidak terputus. Disebut lempeng karena bidang datar yang luas, sedangkan bidang vertikalnya berukuran lebih kecil.
Lempeng-lempeng ini melakukan gerakan mendatar dan arah gerakan tersebut tidak sama. Akibatnya, terjadi tiga jenis batas pertemuan antara lempeng-lempeng yang ada. Dua lempeng saling menjauh, dua lempeng saling bertumbukan, dan dua lempeng berpapasan. Perhatikan (gambar 1.12, lempeng saling menjauh, bertumbukan, dan berpapasan). Hal itu terjadi karena setiap lempeng bergerak mendatar secara tidak teratur dan arahnya tidak sama. Pada ketiga batas pertemuan lempeng yang saling menjauh, bertumbukan, dan berpapasan, menimbulkan getaran dan mengubah struktur lapisan kulit bumi.
Pada pertemuan dua lempeng terjadi subduksi. Subduksi yang terjadi ratusan tahun menyebabkan patahan yang mencakup wilayah yang luas. Perhatikan gambar di atas. Hal itu terjadi karena setiap lempeng bergerak dengan kecepatan bervariasi antara 2–6 cm setiap tahun. Gerakan lempeng mendatar secara tidak teratur dan arahnya tidak sama. Pada ketiga batas pertemuan lempeng yang saling menjauh, bertumbukan, dan berpapasan menimbulkan getaran dan mengubah struktur lapisan kulit bumi. Wilayah penunjaman menjadi wilayah yang padat akibat pemapatan atau subduksi yang terus-menerus. Pada suatu ketika, wilayah ini mengalami perubahan letak atau terjadi patahan yang menimbulkan gempa seperti terjadi pada tahun 2004 di Samudra Pasifik.
Berdasarkan teori itu terbentuklah benua dan samudra di dunia. Benua di dunia, yaitu Benua Asia, Australia, Afrika, Amerika, Eropa, Antartika, dan Artik. Samudra di dunia meliputi Samudra Hindia, Samudra Pasifik, Samudra Atlantik, dan Samudra Antartika.
Sekian artikel tentang Proses Terbentunya Bumi